Minggu, 09 Oktober 2016

Normalkah Aku

By : Erfan Kurniawan (PLB 2015)


Hembusan suara menelisik sepasang telingaku, suara-suata sumbang kebanyakan orang melabeliku 'tidak normal'.

Ah, itu sudah biasa kudengar setiap hari, bahkan sudah mengakar di otakku, namun tak pernah kuhiraukan meski dalam benak hati ini terasa mengganjal. Kadang ada rentik hati yang menyeluruh ke tubuh ketika mereka melabeliku seperti itu.

Mungkin kau melabeliku dengan kata 'tidak normal' sebab aku berbeda denganmu dan lainnya, atau mungkin sebab kau menggunakan landasan kurva normalitas dengan jumlahku yang tak sebanyak dirimu dan orang pada umumnya, atau mungkin sebab lainnya yang aku tak tahu betul objektifitasnya

Mungkin itulah sebab darimu mengapa aku dilabeli dengan kata 'tidak normal'. Sebab apapun darimu, aku tak hiraukan. Karena  itulah perspektif yang mungkin masih keliru mengenai apa itu normal dan tidak normal. Atau mungkin... memang perspektifku yang masih keliru mengenai hal ini. Itulah sebagian, bahkan kebanyakan darimu menganggap bahwa aku ini hanyalah orang yang dianggap 'tidak normal'.

Pernah aku mendengar dari seseorang bahwa manusia ini diciptakan oleh Sang Pencipta dengan sempurna, namun mengapa aku dibilang 'tidak normal'? Sedang Tuhan telah menciptakan manusia dengan sempurna.

Dalam manuskrip dan kitab suci tiap keyakinan, tak kutemukan pemukanya membacakan ayat tentang ketidaksempurnaan penciptaan Tuhan. Bahwa yang kudengar Tuhanku mencipta tiada kurang meski setitik cela. Bahwa Tuhanku dalam firmanNya berjanji tiadalah satu pun makhluk yang ia ciptakan melainkan bersamanya kesempurnaan.

Lalu, masihkah aku tidak normal?

Adinamia nan rapuh jiwa dan raga ini yang hampir tak ada kebermanfaatan. Mungkin sebab itulah kebanyakan orang pada umumnya melabeliku dengan kata 'tidak normal'.

Ada beberapa orang yang sepertiku, namun indah kau pandang dan selalu kau sebut. Satu orang yang tak pernah diam sepanjang hidupnya kini sangat populer di dunia Entertainment yang kerap kau sapa akrab Tom Cruise. Satu lagi berkutat dengan dunia ilmiah dan sering kali dipakai ilmunya, ialah Albert Einstein. Dua orang ini sama sepertiku, hanya saja dua orang ini beruntung dari kebanyakan orang yang lainnya.

Lalu, masihkah kau menganggapku ini 'tidak normal'?

Jumlahku ini memang sedikit dibandingkan dengan jumlah dirimu yang 'normal'. Kami hanya minoritas yang meminta hak-haknya (minimal diakui di masyarakat) dipenuhi, guna mengoptimalkan kemampuan yang kami punya.

Tapi sudahlah... Apalah dayaku ini yang tak bisa berbuat apa-apa.

Mungkin suatu saat nanti, kau dapat mengerti bahwa aku ini 'normal' sepertimu. Entah itu melalui kerabat karibmu yang memberitahumu, atau orang yang tak pernah kau temui sebelumnya yang mengilhamimu, atau bahkan Tuhan yang mengedukasimu dengan kehendakNya, dengan tangan-tanganNya di dunia yang fana ini. Karena aku adalah manusia yang sama dicipta oleh Sang Pencipta untuk memberi warna dalam kehidupan.

Mungkin pula sebaliknya, Tuhan membenahi semua perspektifku ini. Mengilhami diri yang kadang adinamia dan rapuh jiwa bahkan rentiknya hati ini yang menyeluruh dengan tangan-tangan yang Ia kehendaki.

Kuharap kau mengerti betapa inginnya jiwa dan raga ini hidup bersamamu untuk mewarnai kehidupan dunia. Entah bagaimanapun caranya asalkan semua itu kehendak yang memiliki jagat raya.